Pentingkah CD dan kaset album lagu laris manis? Atau lebih penting Ring Back Tone (RBT) laris? kalau buar si artis mah dua-duanya tentu akan lebih baik. Tapi kini barometer takaran finansial bisa saja dari RBT, karena tren konsumen cenderung beralih ke RBT. Kenapa? Selain simple dan murah, layanan Value Added Service (VAS) dari operator ini memiliki unsur hiburan bagi si penelpon tanpa harus mendengar nada tunggu (tuuut,,,tuuut,,,.) yang menjemukan ketika menghubungi lawan bicara via HP.

Uniknya lagu yang mendapat respons positif di masyarakat, berupa lagu sederhana dan mudah dicerna bahkan bisa jadi jenaka. Salah satu lagu RBT yang menarik dan mengundang senyum yakni Tak Gendong dari Alm. Mbah Surip yang sempat menjadi salah satu RBT terlaris di beberapa operator. Begitu pula band Wali dengan lagu Cari Jodoh yang membuat perbedaan dalam khasanah musik Indonesia.

image Surip Ariyanto (60 tahun) atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Surip, pria renta ini berhasil memecahkan mitos, lagu sederhana pun bisa dihargai, bahkan bisa komersial dan dapat dijadikan ladang untuk menumpulkan pundi-pundi rupiah. Tak tanggung-tanggung, angka fantastis bila ditilik dari polularitas Alm. Mbah Surip yang sebelumnya bukan siapa-siapa ketika tampil di muka publik. Sekedar info, lagu Tak Gendong yang dilantunkan Alm. Mbah Surip hingga kini mampu menghasilkan hingga 9 miliar rupiah ("what a price..??"). Imbasnya, pria dengan rambut gimbal dengan style Jamaika Ala Bob Marley pun mendapatkan royalti 4,5 miliar rupiah. "Rezeki banyak juga ya? aha,,ha,,ha" celetuk si Mbah sambil tertawa dengan gaya khasnya. Namun sayang, tawa riang dan gaya khas itu kini sudah tidak bisa kita nikmati kembali, karena si Mbah telah menghadap Alloh SWT, kemarin pada tanggal 04 Agustus 2009 jam 09.30 WIB di RS. karena diduga terserang jantung. Dimana, sejatinya dia baru saja mendapatkan puncak kariernya, setelah melanglang buana kesana-kemari dan menjadi musisi jalanan. "Selamat jalan Mbah Surip, karyamu selalu kami kenang, semoga amal ibadahmu diterima disisiNya dan mendapat tempat yang layak disana. I Love You Full..

Pun sama halnya dengan band Wali saat RBT-nya laris manis di pasar. Secara spontan sang eksekutif produser emberikan hadiah spesial umroh, untuk keempat anggota personil band lokal ini. "Ring Back Tone Wali di-download sampai dengan 4 jutaan," ujar Fa'ank sang vokalis.

Operator Serakah 

Tetapi apa yang diterima operator selaku penyedia layanan? Tentu saja untung yang diperoleh angkanya lebih "gila". Untuk Telkomsel, seperti diutarakan Dharma Oratmangun selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Artis, Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penataan Musik Rekaman Indonesia, dengan biaya pengunduhan Rp. 9.000,- sebesar Rp. 5.750,- (63,8%) dananya ditarik ke Telkomsel. Sedangkan sisanya, dibagi ke penerbit dan pencipta lagu Rp. 406,- (4,51%). label + CP sebesar Rp. 2.438,- (27,08%) dan artis kebagian Rp. 406,- (4,51%).

Sementara XL dengan biaya bulanan Rp. 5.000,- membagi hasil keuntungan untuk XL sebesar Rp. 4.000,- (80%) kemudian Rp. 1.000,- sisanya dibagi penerbit dan pencipta Rp. 125,- (1,25%) label + CP sebesar Rp. 750,- (15%) dan artis mendapatkan Rp. 125,- (2,5%). Pencipta lagu dalam hal ini mendapat Rp. 63,- (1,25%).

Adapun Mobile * dengan biaya Rp. 8.000,- pembagiannya Rp. RP. 5.130,- (64,13%) dan untuk sisanya dibagi ke penerbit dan pencipta Rp. 359,- (4,48%), label + CP sebesar Rp. 2.153,- (26,9%) dan untuk artis mendapatkan Rp. 359,- (4,48%). Pencipta lagu dalam hal ini hanya mendapatkan Rp. 179,- (2,24%).

Bila dirunut secara gamblang, pihak pencipta lagu yang paling kecil mendapatkaan jatah pembagian keuntungan. Hanya di bawah Rp. 500,- saja! Bisa dibayangkan betapa ironisnya nasib seorang pencipta lagu selaku konseptor awal dari sebuah hasil karya seni yang bisa dinikmati oleh banyak orang.

Dan jujur, sobat sendiri tak bisa membayangkan bagaimana nasib para seniman musik ke depannya? Setelah hak karya cipta yang begitu indah namun dinilai dan dihargai dengan murah. Belum tuntasnya masalah pembajakan di negeri ini, minimnya pengawasan tentang Hak Cipta dan makin maraknya RBT di dunia telekomunikasi tentunya akan semakin menyudutkan para musisi kita. Terlepas dari semua yang telah didapatnya, tetapi faktanya tidak berkata demikian bukan?!

Tetap hargailah karya cipta dengan tidak membeli barang bajakan, dan kedepannya industri musik tanah air akan lebih maju. Namun jika memang produksi sudah beralih ke RBT, kiranya pihak Penyedia Operator lebih bijak lagi.. Sudah saatnya industri musik di tanah air kita berbenah.

 

sumber:

harian KOMPAS

epaper.kompas

Priyo / Tabloid Sinyal

health.detik

disadur & di tulis ulang oleh fajr

Creative Commons License You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.