Converter Address Unstructured Menjadi Structured (IOA1,IOA2,IOA3) untuk IEC-101/4
16 Mei 2017, 15.13
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, RTU, SCADA
Saat berkomunikasi dengan control centre berbasis protocol IEC60870-5-101 atau 104, kita harus memahami bahwa range address dari protocol ini sangat lebar yaitu dari 0 s/d 16 juta lebih kombunasi address signal yang bisa dibuat.
Dan dalam protocol ini pemberian address dari signal terdiri dari dua metode input. Model pertama, address signal menggunakan tiga byte address berurutan yang dikenal dengan Index Of Address atau IOA1, IOA2 dan IOA2, pengaddressan model ini diberi nama structured address.
Metode yang kedua adalah diisi dengan satu buah angka desimal yang merupakan address gabungan dari tiga byte tadi, address model ini dikenal sebagai unstructured address.
Kedua model address diatas pada dasarnya sama saja, dan umumnya control centre seperti Sprectrum Power dapat menggunakan kedua address tersebut, tinggal klik saja mau address yg mana. Yang suka belibet biasanya adalah engineer yang konfigurasi mapping address di RTU, terkadang RTU hanya bisa model structured saja alias harus format IOA1, IOA2, IOA3. Dan ada juga yang hanya bisa format unstructured saja alias hanya satu IOA.
Disini engineer RTU harus dapat melakukan konversi address, apabila master memberikan address dalam format unstructured maka engineer RTU atau engineer automation harus sudah siap untuk mengkonversinya sesuai dengan RTU yang hanya bisa structured format, atau sebaliknya.
Apabila anda masih kesulitan untuk konversi address tsb, anda dapat menggunakan converter address dibawah. Cukup mudah dan ringan, tinggal isi dan klik. Selesai!
Jika anda ingin menggunakan converter web ini secara offline, cukup save saja halaman ini ke My Document sebagai html dan anda dapat membukanya kapan saja tanpa koneksi internet.
Atau anda dapat menggunakan Excel Converter yang saya sudah buat, free untuk anda. DOWNLOAD DISINI
Semoga bermanfaat! Apabila tulisan ini cukup membantu untuk anda, boleh jadi teman-teman disekitar anda juga membutuhkan tulisan ini. Silahkan bagikan di facebook/twitter/google+ dengan menggunakan tombol share diatas. Mari bahu-membahu berkontribusi untuk maju bersama… (ari)
Tags: Komunikasi Data, RTU, SCADA
SIPROTEC - Tips Supaya Signal Proteksi Bisa Latch untuk SCADA
10 Mei 2017, 19.29
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, Protection Relays, SCADA
Latar Belakang
Signal proteksi seperti Trip signal adalah signal yang hanya akan muncul pada saat terjadi gangguan dan akan hilang dengan sendirinya saat gangguan hilang (saat CB sudah trip maka seketika itu juga gangguan hilang/clearance). Apabila anda menggunakan sebuah control centre tanpa kemampuan me-latching signal tersebut dari event log, maka signal tersebut hampir dipastikan sulit untuk dilihat atau tidak akan dapat anda lihat pada layar announciator HMI control centre anda. Hal ini dikarenakan signal tersebut hanya ON sekilas saja dan langsung mati saat gangguan hilang karena CB sudah trip, mungkin hanya beberapa milidetik saja. Biasanya kasus ini menjadi polemik tersendiri dalam sistem SCADA. Meski demikian, banyak juga control centre yang mampu menangkap signal sekilas seperti ini melalui event log atau alarm log dan beberapa control centre lainnya bahkan mampu menampilkannya sebagai gambar indikasi announciator, contohnya pada WinCC ataupun SICAM SCC, indikasi pada layar announciator HMI akan berkedip saat signal berubah status dan berhenti berkedip saat di acknowledge dan hilang saat reset (sama persis dengan announciator konvensional yang ada di panel, lebih mudah dan tidak perlu di-latch di relay dengan logic).
Kemudian bagaimana dengan Control Centre yang tidak dapat me-latch indikasi gangguan proteksi atau bahkan tidak dapat menangkap signal sesaat sama sekali, bagaimana cara kita mengatasinya? Cara mengatasi hal ini atau cara agar signal proteksi tersebut latching ON terus sampai kita me-reset-nya dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi logic set-reset pada relay SIPROTEC. Dengan menggunakan Logic, signal proteksi di-input-kan ke sebuah logic Set-Reset dengan outputnya dikonek ke User Output. Apabila signal proteksi Trip sempat ON sesaat, maka user output-nya akan terus ON, address signal output inilah yang dapat dipakai oleh HMI SCADA.
Jangan lupa, nanti apabila signal sudah dibuat latching, maka kita harus menambahkan fasilitas reset latch dengan menambahkan tombol “remote command” di HMI SCADA untuk mengirimkan command reset LED/reset latch.
Create Signal Baru sebagai Alias dari Signal Proteksi yang akan di-Latch
Buka Masking I/O dan create group signal baru dan create beberapa signal baru sesuai kebutuhan dengan tipe SP-single point, kemudian klik kanan pada kolom C (CFC – Source) – pilih X (Configured), begitu juga dengan S (System Interface – Destination) seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah.
Note: Signal ini akan menjadi output dari latch logic, dan output ini yang akan dimonitor oleh SCADA sebagai pengganti (alias) dari signal aslinya.
Assign Signal Proteksi yang Akan Dibuat Latch
Pilih signal yang akan dibuat latch, misal: OC dan EF, dan arahkan signal tersebut sebagai input dari logic set-reset dengan cara mencentang (X) pada kolom C (CFC – Destination, kolom C yang ada di kolom paling kanan).
Jangan lupa juga untuk mengarahkan LED Reset sebagai input reset logic dengan cara mengarahkan signal LED reset sebagai input logic atau centang (X) CFC Destination.
Create CFC Chart (block logic) Baru untuk Membuat Latch Logic untuk SCADA
Masuk Setting – CFC kemudian klik kanan dan pilih “Insert CFC Chart”, rename CFC(1) dengan cara klik kanan dan pilih Object Properties dan ganti pada bagian “Name:” dengan nama yang mudah anda pahami atau rekan kerja anda dapat pahami.
Klik dua kali untuk membukanya..
Setelah masuk ke CFC Editor, kita drag-drop RS_FF block dari grup Memory ke area editor. Klik kanan pada output “Q” dan buat interconnection ke signal yang baru dibuat.
Setelah mengkoneksikan output logic ke signal alias, sekarang kita perlu mengkoneksikan kaki Set dan kaki Reset logic ke signal proteksi yang akan di latch. Klik kanan pada kaki S, pilih F3 dan pilih signal Overcurrent, dan untuk kaki R pilih LED Reset. Logic telah Selesai!
Untuk mengirimkan logic ke relay, pertama compile terlebih dahulu logic tersebut dengan klik tombol “Compile” pada toolbar berikut. Apabila muncul informati “Process correctly executed”, logic sempurna atau tidak ada error.
Download setting ke relay dan lakukan pengujian proteksi dan SCADA, lihat bagaimana hasilnya.
Apabila ada pertanyaan, silahkan melalui kolom komentar dibawah.
Semoga bermanfaat! Apabila tulisan ini cukup membantu untuk anda, boleh jadi teman-teman disekitar anda juga membutuhkan tulisan ini. Silahkan bagikan di facebook/twitter/google+ dengan menggunakan tombol share diatas. Mari bahu-membahu berkontribusi untuk maju bersama… (ari)
Tags: Komunikasi Data, Protection Relays, SCADA
Cara Me-Latching Signal Proteksi Trip di Relay Reyrolle untuk SCADA (Protocol)
8 Mei 2017, 22.35
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, Reyrolle, SCADA
Latar Belakang
Signal proteksi seperti Trip signal adalah signal yang hanya akan muncul pada saat terjadi gangguan dan akan hilang dengan sendirinya saat gangguan hilang. Apabila anda menggunakan sebuah control centre tanpa kemampuan me-latching signal tersebut dari event log, maka signal tersebut hampir dipastikan sulit untuk dilihat atau tidak akan dapat anda lihat pada layar announciator HMI control centre anda. Hal ini dikarenakan signal tersebut hanya ON sekilas saja dan langsung mati saat gangguan hilang karena CB sudah trip, mungkin hanya beberapa milidetik saja. Biasanya kasus ini menjadi polemik tersendiri dalam sistem SCADA.
Kemudian bagaimana cara kita mengatasinya? Cara mengatasi hal ini atau cara agar signal proteksi tersebut latching ON terus sampai kita me-reset-nya dapat dilakukan dengan dua metode. Metode yang pertama adalah menggunakan indikasi LED, signal proteksi di-routing ke LED relay, LED diset latch. Apabila proteksi trip maka LED akan menyala terus sampai ada yang melakukan reset, nah dari sini kita dapat mengakses address LED tersebut sebagai alias dari signal proteksi. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan Logic, signal proteksi di-input-kan ke sebuah logic Set-Reset dengan outputnya dikonek ke User Output. Apabila signal proteksi Trip sempat ON sesaat, maka user output-nya akan terus ON, address signal output inilah yang dapat dipakai oleh HMI SCADA.
Jangan lupa, apabila signal dibuat latching, maka kita harus menambahkan fasilitas reset latch dengan menambahkan tombol “remote command” di SCADA untuk mengirimkan command reset LED/reset latch.
Metode 1 – Latching Signal Proteksi via LED
Untuk assign sebuah signal proteksi, buka Reydisp Evolution - Output Matrix dan centang/klik pada signal proteksi yang akan diarahkan ke LED. Buat assigment untuk satu LED adalah satu signal proteksi. Contohnya seperti gambar dibawah ini.
Setelah melakukan assignment LED pada relay reyrolle, maka seketika itu juga kita dapat membuat mapping address signal LED tersebut ke SCADA sesuai dengan susunan assignment dari signal proteksi yang digunakan.
LED Address - Protocol DNP3
Berikut adalah list address signal LED pada relay Reyrolle dengan Protocol DNP3, lebih lengkapnya dapat membuka manual relay pada chapter protocol DNP3 (di bagian akhir dari manual).
LED Address – Protocol IEC60870-5-103
Berikut adalah list address signal LED pada relay Reyrolle dengan Protocol IEC60870-5-103, lebih lengkapnya dapat membuka manual relay pada chapter protocol IEC60870-5-103 (di bagian akhir dari manual).
LED Address – MODBUS
Berikut adalah list address signal LED pada relay Reyrolle dengan Protocol MODBUS, lebih lengkapnya dapat membuka manual relay pada chapter protocol MODBUS (di bagian akhir dari manual).
Metode latching via LED ini adalah metode paling mudah dan langsung jadi.
Metode 2 – Latching Signal Proteksi via LOGIC DIAGRAM
Untuk membuat logic diagram pada relay reyrolle, kita harus menggunakan software Reydisp Manager (software terbaru dari reyrolle, gratis dapat di DOWNLOAD DISINI).
Buka Reydisp Manager, connect ke relay kemudian klik device-nya dan double click pada LOGIC. Buat Logic Diagram baru dengan klik File-New, selanjutnya selamat berkreasi. Untuk logic latching signal dapat mencontoh gambar dibawah ini. Untuk address User Output dapat dilihat pada User Manual Relay Reyrolle pada chapter Protocol (terletak pada bagian akhir dokumen)
Semoga bermanfaat! Apabila tulisan ini cukup membantu untuk anda, boleh jadi teman-teman disekitar anda juga membutuhkan tulisan ini. Silahkan bagikan di facebook/twitter/google+ dengan menggunakan tombol share diatas. Mari bahu-membahu berkontribusi untuk maju bersama… (ari)
Tags: Komunikasi Data, Reyrolle, SCADA
Menguji Kontrol CB Reyrolle - Select Before Operate (SBO) Protocol DNP3
1 Mei 2017, 07.12
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, Reyrolle, SCADA
Latar Belakang
Saya seringkali mendapat pertanyaan tentang “Bagaimana cara menguji kontrol SBO dengan protocol DNP3 pada relay Reyrolle Argus 7SR series via Protocol Tester ASE2000?” Baiklah, kita akan coba kupas seputar SBO dan jawab pertanyaan tersebut disini agar mudah dicari lagi ya.
Pada protocol DNP, kita dapat memonitor status CB double point (satu address dengan dua input kontak, open dan close) sekaligus juga dapat mengkontrol CB double command (satu address berisi dua kontak output, trip dan close), ini adalah salah satu kelebihan protocol DNP3 dibanding modbus. Untuk double command, ada dua jenis perintah yang dapat digunakan yaitu Direct Operate dan Select Before Operate. Perbedaannya hanyalah disisi frame komunikasi, untuk SBO, relay dan master/SCADA akan ngobrol dua kali. Obrolan yang pertama antara master dan relay adalah ngobrol tentang perintah Select. Apabila relay sudah confirm terima perintah select, relay siap terima perintah atau order Trip atau Close, apabila perintah Trip atau Close diterima relay maka kontak output relay akan bekerja untuk Trip/Close CB.
Sehingga dapat kita katakan disini untuk operasi SBO, master dan relay harus melalui dua tahap percakapan baru boleh order command tersebut dieksekusi, jika hanya terjadi percakapan sekali maka perintah tersebut tidak dilaksanakan (mis. langsung order “Operate Relay” trip/close tanpa diawali dengan order “Select Relay”). Disinilah security untuk tipe SBO, sebetulnya sih nggak terlalu significant juga ya, tetapi inilah standar internasionalnya (baik itu DNP3 ataupun IEC-60870). Sedangkan untuk Direct Operate, tidak perlu ada percakapan dua kali, cukup kirim order Trip atau Close maka order tersebut akan langsung dilaksanakan oleh relay.
Cara Setting Aplikasi Double Command CB pada Reyrolle Argus 7SR
Selain standard command seperti momentary command (pulse on/off) ataupun latched command, relay Reyrolle Argus 7SR juga mempunyai fitur double command pada protocol DNP3, IEC 60870-5-103, dan IEC 60870-5-101. Untuk mengaktifkan double command agar reyrolle bisa operasi direct operate dan juga SBO, kita harus merubah setting protocol di Communication Editor, cari signal CB1 kemudian rubah centang dari Pulse On - Pulse Off menjadi Paired Close & Paired Close seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
Communication Editor ini dapat ditemukan di start program – reydisp evolution – communication editor.
Contoh Setting Protocol - Relay Reyrolle Argus 7SR1.rpdc
Pastikan juga bahwa setting Manual Control CB beserta input outputnya sudah tepat. Setting untuk manual close dapat dilihat pada gambar dibawah.
Pada Input matrix, CB Open dan CB CLosed harus dicentang, mis. BI1 untuk status CB Open dan BI2 untuk status CB Closed seperti pada gambar dibawah (abaikan saja opsi 79 In apabila relay anda tidak ada fungsi Autoreclose).
Tak lupa untuk Output Matrix juga harus dipastikan kontak Trip dan kontak Close CB sudah tepat, centang Open CB (kontak ke tripping coil) dan juga Manual Close CB (kontak ke closing coil), mis. Open BO1 dan Close BO2 seperti pada gambar dibawah (abaikan opsi 79 apabila relay anda tidak memiliki fungsi autoreclose).
Contoh Setting Relay - Relay Reyrolle Argus 7SR1.rsf
Cara Menguji Double Command CB (Direct Operate & SBO) dengan ASE2000
Jika setting relay sudah dilakukan, setting protocol sudah dirubah, dan wiring status CB beserta wiring control CB juga sudah dikerjakan, maka hal terakhir yang harus dilakukan adalah mengujinya via standard protocol tester (mis. ASE2000).
Buka software ASE2000, setting protocol ke DNP3 dan pilih COM Port yang digunakan di properties-commnunication. Sesuaikan setting Protocol Specific seperti: DNP destination (address relay), parity bit di Asynch dan opsi DNP3.0
Apabila setting awal sudah, proses selanjutnya kita sudah dapat memulai pengujian kontrol dengan membuka window Digital Control, klik View – DIgital Control.
Akan muncul tampilan window seperti dibawah ini, ketik address/point index CB1 (point 54 untuk relay reyrolle argus 7SR) di kolom Point, pilih SBO Relay untuk pengujian kontrol Select Before Operate. Isikan order operasi “Trip” atau “Close” pada kolom Trip/Close, order yang akan dieksekusi adalah pada baris Next, baris Start dan Stop difungsikan untuk operasi Toggle sehingga baris Next akan otomatis berganti dari Trip ke Close setelah order command terkirim. Klik Send Once untuk eksekusi command dan kontak CB pun seharusnya bekerja.
Note: Point Index relay Reyrolle 7SR1 untuk signal status CB double point adalah 0 (Double Bit Binary Input Point) dan point index untuk signal control CB adalah 54 (Control Relay Output Blocks)
Troubleshooting Kegagalan Operasi Remote Control via ASE2000
Apabila operasi CB gagal, periksa COM Port, pastikan address relay (Destination address) sudah sama, baudrate sudah sama, point CB sudah sesuai manual (54 untuk 7SR1), parity sudah sama, kabel RS485 sudah terhubung dengan benar (A+ dan B- sudah sesuai, tidak ada salahnya dibolak-balik dan dicoba connect), periksa setting protocol di relay sudah DNP3, dlsb.
Atau juga bisa jadi settingan SBO Relay anda sudah berubah dari aslinya, misal kerubah yg seharusnya tipe command adalah Breaker Relay menjadi Momentary dlsb. Untuk memulihkan setting SBO Relay dapat disamakan dengan gambar dibawah. Klik dua kali pada SBO Relay di Digital Control dan akan muncul tampilan seperti dibawah kemudian cocokkan Object Properties dan Qualifier Setup sudah sesuai dengan gambar dibawah ini.
Semoga bermanfaat! Apabila tulisan ini cukup membantu untuk anda, boleh jadi teman-teman disekitar anda juga membutuhkan tulisan ini. Silahkan bagikan di facebook/twitter/google+ dengan menggunakan tombol share diatas. Mari bahu-membahu berkontribusi untuk maju bersama… (ari)
…Share is Care…
Tags: Komunikasi Data, Reyrolle, SCADA
Cara Monitor (Spy/Tap) DNP3 antara Relay/Devices ke Gateway utk Observasi Data
27 Maret 2017, 23.00
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, SCADA
Terkadang dalam sistem komunikasi antara peralatan dengan control centre ada kalanya mengalami anomali atau masalah, entah itu data corupt, salah format telegram atau sekedar salah address, dan masih banyak lagi fenomena-fenomena dalam hal sistem komunikasi. Untuk melacak/trace error tersebut kita harus melakukan analisa frame data yang mengalir antara master dengan slave (peralatan elektronik). Kita lihat apa saja percakapan yang terjadi antara master dengan slave, dimana yang salah sehingga terjadi anomali kapan dan dimana posisinya. Disini kita harus mengintip data flow yang terjadi pada port yang dijadikan jalur komunikasi melalui fasilitas diagnostic atau monitor yang ada pada software gateway atau concentrator yang digunakan.
Hal yang menyebalkan adalah kita memiliki data concentrator atau gateway tetapi tidak dilengkapi fasilitas diagnostic/data monitor sama-sekali sehingga setiap terjadinya anomali pada komunikasi antara peralatan ke gateway atau data concentrator kita sama sekali buta. “Tidak tahu salahnya dimana dan siapa yang salah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan”. Benar-benar ghoib.. padahal kasus seperti ini adalah krusial sekali untuk sistem SCADA, menyebalkan sekali bukan?
Kali ini saya akan menunjukan salah satu alternatif bagaimana untuk melakukan investigasi & observasi dengan cara menyadap/tapping/memantau data flow atau conversation/percakapan apa saja yang terjadi antara data concentrator dengan perangkat elektronik (misal: relay, meter, avr, sensor, plc, dll). Dari sini akan nampak dimana percakapan yang salah dan menimbulkan anomali, hal yang hampir selalu terjadi dalam sistem komunikasi antar peralatan elektronik atau komputer. Komunikasi antara dua orang manusia saja dapat menimbulkan masalah dan polemik ya, apalagi benda mati..
Let’s start How To monitor and analize data, you’re the Detective now..
Tapping Data protocol DNP3 pada sistem komunikasi serial RS-485
Untuk memantau data flow di jaringan serial RS485 (multidrop) cukup mudah, kita hanya harus menghubungkan terminal A(D+) dari port RS485 komputer (atau menggunakan converter) ke terminal A+ dari peralatan yang hendak dipantau, begitu juga dengan port B(D-) ke terminal B-.
Software yang dapat kita gunakan untuk membaca data conversation antara master (data concentrator) ke slave (relay/peralatan) adalah ASE2000, dimana dengan software ini kita dapat membaca alur data masuk dan keluar. Selain terbacanya direction dari master ke slave atau sebaliknya, ASE2000 juga sudah mem-parsing data hexadecimal yang terbaca menjadi data format DNP3 sehingga mudah untuk kita baca. Sayangnya software ini sedikit sekali literatur dan manualnya ditemukan di internet, oleh karena itu kita akan kupas disini.
Setting pada ASE2000 untuk Fungsi Monitoring
Buka software ASE2000 Communication & Protocol Tester kemudian untuk pertama kali kita harus memilih tipe protocol yang akan digunakan, klik File dan Select Protocol – DNP3. Apabila anda belum memiliki software ini, bisa anda dapatkan di sini, hasil googling dan berhasil nemu versi yang komplit.
Langkah selanjutnya adalah setting COM port (karena protocol yang digunakan adalah protocol bermedia serial). Pilih COM Port sesuai yang kita gunakan berikut dengan Baud Rate yang digunakan.
Buka setting DNP3 di Properties – Protocol-Specific dan ikuti setting seperti gambar dibawah. Nilai address source & destination boleh tidak diisi/dibiarkan dengan any (*). Parity disesuaikan sesuai sistem yang dipantau. Internal indication boleh dicentang semua atau setidaknya centang minimal data class 1,2,3 dll seperti gambar dibawah.
Jika semua setting diatas sudah sesuai dengan sistem yang akan dipantau komunikasi datanya, selanjutnya adalah memulai data monitor dengan cara menekan tombol Monitor.
Pada dasarnya transaksi data yang kita sedang pantau/sadap adalah dalam format hexadecimal, data tersebut dapat kita lihat pada kolom kiri. Pada kolom kanannya adalah merupakan hasil parsing atau terjemahan dari data hexa menjadi format yang mudah untuk kita baca dan mengerti dalam format frame protocol DNP3.
Selain memantau langsung, kita juga dapat menyimpan data tersebut untuk kita kirimkan ke ahlinya atau pembuat produk tersebut atau sekedar disimpan untuk menganalisanya di kemudian hari. Untuk menyimpan rekaman data conversation antara SCADA/Gateway ke Relay/IEDs, kita cukup menekan Capture di File – Capture Enabled.
Untuk mengambil datanya kita bisa melihatnya dengan klik View Capture File dan copy file tersebut dari sana. View Capture File disini berfungsi untuk membuka dan membaca hasil rekaman yang sudah pernah dibuat.
Dari sini kita tinggal jalankan monitoring secara terus menerus sampai kita menemui anomali tersebut (berdasar jam, menit dan detiknya) dan menganalisanya. Selamat mencoba.
Tags: Komunikasi Data, SCADA
Menguji Protocol Modbus RTU dari Relay Reyrolle Argus 7SR menggunakan ASE2000
Idem, Di Jam 11.58
Oleh: Ari Sulistiono di: Komunikasi Data, Reyrolle
Untuk mengetahui apakah sebuah relay/peralatan dapat berkomunikasi dengan baik ke SCADA atau tidak, haruslah dilakukan pengujian protocol terlebih dahulu. Dari sekian banyak protocol tester yang ada, disini kita gunakan ASE2000 dimana sudah familiar dan paling banyak protocol dan fitur spy/data tap nya mudah dibaca/dianalisa. Disini kita akan menguji telesignal single, telemeter dan telecontrol.
Setting pada Relay Argus 7SR
Setting untuk kesemua jenis Argus 7SR series adalah sama, yakni dengan memilih protocol yang digunakan kemudian address relay dan baudratenya.
Caranya: masuk ke SETTING MODE melalui tombol ▼ kemudian tekan beberapa kali sampai masuk (12kali) sampai masuk COMMUNICATIONS dan tekan tombol ► masuk ke COM1 –RS485 Protocol. Tekan ENTER dan rubah protocol menjadi MODBUS-RTU dengan tombol ▼ akhiri dengan menekan ENTER
Kemudian tekan ▼ lagi untuk mengganti Address Relay dari 0 menjadi 1 (atau berapapun yang dikehendaki) dan akhiri dengan ENTER. Selanjutnya mengganti baudrate sesuai dengan baudrate yang dikehendaki dengan menekan ▼ dan akhiri dengan ENTER. Baudrate awal relay adalah 19200 bps.
Konfigurasi Koneksi antara Relay dengan Komputer (Protocol Tester Software)
Disini kita memerlukan sebuah converter untuk dapat terhubung ke komunikasi serial RS-485. Apabila laptop dilengkapi dengan port COM RS-232, maka diperlukan RS232-RS485 converter dan kabel. Apabila laptop hanya tersedia port USB, maka diperlukan sebuah USB-RS485, jika tidak ada maka dapat digunakan USB-RS232 dan disambung dengan sebuah RS232-RS485 converter (seperti foto dibawah).
Konfigurasi ASE2000 untuk Protocol Modbus RTU
Buka software ASE2000 Communication & Protocol Tester kemudian untuk pertama kali kita harus memilih tipe protocol yang akan digunakan, klik File dan Select Protocol – Modbus RTU
Langkah selanjutnya adalah setting COM port (karena protocol yang digunakan adalah protocol bermedia serial). Pilih COM Port yang digunakan berikut dengan Baud Rate yang digunakan. Disini kita gunakan COM27 di tab Channel dan Baud Rate 19200bps Constant di tab Line, seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah.
Masukkan alamat/address relay yang akan dituju atau dipooling datanya. Disini kita masukkan Address=1 sesuai dengan relay setting diatas. Jangan lupa disetting juga untuk Parity disesuaikan dengan relay apakah Even atau None.
Test Protocol ModbusRTU Argus 7SR
1. Pembacaan Telesignal / Read Input Status
Percobaan pertama adalah dengan membaca binary input relay, di manual relay disebutkan bahwa address binary input relay adalah 10001 s/d 10006 (BI1-BI6). Double Click pada Read Input Status di Exchange List window. Address 10001 pengertiannya adalah: 10000 merupakan Fungsi read inputs status dengan address 1 sebagai start poinnya. Maka untuk mengakses 10001 s/d 10006, cukup masukkan Start=1 dan Count=5 di ASE2000.
Mulai Pooling Data
Untuk memulai pooling data sebagai Modbus Master atau Control Center, klik Simulate Master.
Tanda bahwa koneksi berhasil dan data masuk adalah adanya balasan data masuk DI 8-1 0000 0000. Apabila muncul “Response Timeout”, itu adalah pertanda komunikasi belum nyambung, apabila semua langkah diatas sudah dilakukan, biasanya penyebabnya hanyalah masalah kabel RS-485 yang tertukar antara A(D+) dan B(D-) saja.
Klik View – Point Values dan kita akan melihat nilai bit dari DI 1 s/d DI 8. O adalah OFF dan 1 adalah ON. Untuk Modbus kekurangan dari protocol ini adalah tidak adanya timestamp sehingga tidak diketahui kapan signal tersebut ON ataupun OFF, dan sudah banyak orang meninggalkan protocol ini dan pindah ke DNP3 atau IEC.
2. Pembacaan Telemeter / Read Input Register
Istilah pembacaan metering/analog value di Modbus adalah Read Input Register, mirip dengan Read input status. Bedanya input status dibaca dan dijabarkan per bit: 0000 0000, sedangkan input register dibaca satu byte (berisi delapan bit kombinasi) dalam bentuk nilai angka, ada yang 16bit adapula yang 32bit tergantung dari relay/peralatan yang bersangkutan.
Pada saat disimulate, akan muncul nilai analog value dari register tersebut. Sesuaikan bit data dan formatnya di Point Configuration, apakah Float32, FLOAT16, UINT32, UINT16, dlsb.
3. Pengujian Telecontrol / Force Single Coil
Untuk melakukan kontrol via ASE2000, klik View – Digital Control kemudian centang Force Single Coil. Masukkan register address coil yang dituju ke kolom Point, misal address 1 untuk DO 1, address 3 untuk DO 3 dst. Klik Send Once untuk mengeksekusi output DO tersebut.
Kita juga dapat mengisi angka 1 untuk DO 1 di kolom Start dan mengetik 5 untuk DO 5 di kolom Stop, apabila tombol Send Once kita klik terus-menerus maka ASE akan mentriger kontak DO 1 s/d 5 secara berurutan.
Selamat Mencoba! dan semoga bermanfaat.. (ari)
Tags: Komunikasi Data, Reyrolle