:duit

Tindakan korupsi merupakan sebuah tindakan kejahatan yang tentu saja merugikan orang lain, baik itu sedikit maupun banyak. Bagi sebagian orang, korupsi merupakan cara terampuh sejagat raya untuk mendapatkan kekayaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Misal: biar bisa cepet naik haji, punya pesawat, lapangan bola pribadi dan pulau pribadi barangkali.

Beberapa dari kita mungkin tidak menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari begitu pekat dijumpai aksi-aksi korupsi baik yang disadari ataupun tidak. Bahkan ketika masih kecil pun mungkin kita juga pernah belajar korupsi seperti meminta uang SPP namun tidak dibayarkan malah dipake buat jajan, minta lebih dari yang tertera, ataupun minta padahal sekolah tidak mengumumkan. :D

Pada saat itu, seketika dan dalam kurun waktu tertentu seseorang akan kapok ketika kedua orang tua memarahi, namun bagaimana dengan kisah selanjutnya? Saat seseorang tersebut telah menikah, berpisah dari orang tua, menduduki sebuah institusi yang penuh dengan intrik? Who knows.. kebanyakan mereka menjadi lupa daratan. Dan itu adalah fakta yang seringkali dianggap sebagai opini masyarakat.

Korupsi dan Aksi Suap-Menyuap Kecil-Kecilan

Pernahkan anda mengurus KTP, SKCK, deelel sendirian? Simak kisah nyata ini.

Kita perhatikan saja di sekitar kita.. Pernah suatu kali seorang teman minta diantarkan untuk mengurus SKCK (Surat Keterangan Cakap Kelakuan atau lebih dikenal dengan Surat Kelakuan Baik) sebagai bekal melamar bekerja disebuah B*MN ternama di negara ini. Ketika itu, teman saya diminta mengisi form diluar karena didalam memang cukup sempit dengan ratusan pasien SKCK lainya, kalau dipaksakan pun malah akan terlihat seperti krupuk dalam toples. Tempat mengurus SKCK pada waktu itu adalah di daerah Cimanggis. Begitu banyak yang antri sampai-sampai form data diri tersebut kalau dijilid bisa mengalahkan tebal buku Thesis seorang doctor.

Ibu petugas yang jutek itu (sori kalo lebih cakep)Seselesainya mengisi dan mengumpulkan, beberapa orang tua yang memang berlokasi di daerah itu pun langsung memasukkan beberapa lembar uang ke laci petugas, dan betugas pun senyum kecil dan bertambahlah semangatnya. Ibu petugas mengatakan dengan lantang “Bagi yang sudah mengumpulkan bisa pulang, SKCK-nya dapat diambil besok”, seketika itu pula para pasien menggerutu. Karena temen saya tersebut tidak tahu adat-istiadat dalam membuat SKCK, kami pun langsung nyelonong dan bergegas keluar. Tiba-tiba, “MAS!!”, si ibu petugas berteriak. “Heh! ada yang belon diisi kali lu..” bisik saya. Kami pun menghampiri ibu petugas yang sehari penuh berwajah jutek itu. “Mas ngga lihat orang-orang kalo habis numpuk form gimana?!”, “abis numpuk, keluar bu.. pulang” jawab temen saya yang o’on ga ketulungan ini (sori pren :D). “Tinggalin UANG, seikhlasnya..”, oo gitu.. keluarlah selembar uang 5000 dari dompet kempes itu yang tadinya mo dipake buat ongkos pulang naik angkot dan minum cendol. Si ibu petugas makin merah membara, menyala-nyala.. (mirip dengan obor olimpiade), “Yang bener AJA, Masa cuma SEGINI!! yang laen aja paling dikit Rp.50.000,00”, karena ketakutan dia pun menarik-narik baju saya minta tambahan. Karena sama-sama kerenya, yaudah yang keluar goceng juga. :D

Alhasil muka petugas bisa dilihat seperti karikatur di tulisan ini, kurang serem sih, habis kebiasaan nggambar cewe cantik, nggambar wanita judes aga kaku. Padahal nominal diatas kalo dikali sekian orang kan sudah melebihi gaji profesor.. (mungkin) :D

Sungguh mengherankan, untuk membuat surat kelakuan baik seseorang dipaksa untuk melakukan sebuah tindakan yang tidak baik. Suap-menyuap, sogok-menyogok, empan-mengempan, loloh-meloloh.. halah.. Padahal, ketika saya membuat SKB di kampung dulu gratis lho, cukup menyetorkan data-data yang diperlukan seperti fotokopi KTP, pengantar dari kelurahan , kecamatan dlsb. dan seketika itu juga (tanpa harus menunggu satu hari atau lebih) jadilah SKB yang saya idam-idamkan ini. Kebetulan proses pembuatanya di Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur – Indonesia, dan kurang tahu pasti untuk di daerah lain apakah gratis atau bayar seikhlasnya seperti diatas.

Mungkin beberapa orang menganggap itu sudah basi dan biasa. Disini saya mencoba untuk tidak munafik, saya pun pernah melakukan korupsi dan suap-menyuap, korupsi barang-barang kakak sepupu dan suap-menyuap adik saya ketika masih kecil (kalo udah gede ngapain!) :D

Korupsi memang hal yang mudah dan menguntungkan (diri sendiri, merugikan orang lain), dimana ada kesempatan dan jalan maka seseorang akan mencoba melakukanya. Apabila sukses (horee!) maka dijamin ketagihan dan keasyikan untuk mencoba lagi. Makanya lagu Roma Irama selalu laris karena kebanyakan pas dengan yang ada di negeri ini “kenapa yang asik-asik.. itu yang dilarang..” :P

Jangankan yang punya tempat ngantor, yang ga ngantor aja ikut-ikutan iseng-iseng berhadiah juga. Beberapa pedagang asongan/kaki lima (widih, sapi aja kalah kakinya) mungkin juga pernah ikutan korupsi seperti mereka-mereka yang tinggal di rumah elit. Liat aja, kalo yang beli anak kecil yang masih belum ngerti nilai nominal uang.. Bisa-bisa es krim harganya 50.000,00 bo! Kembalianya kemana? Tunggu saja, kalo orang tuanya ga maranin/dateng berarti ga usah dikasih, kalo maranin/dateng ya tinggal bilang “Oh iya tadi belum dikasih, anaknya udah ngacir duluan sih..”. Basi bang! masuk neraka lho :D

eskrim1

eskrim2

Itu korupsi versi kecil-kecilan, terus yang gede-gedean gimana? ..tuh lagi berantem disono & eker-ekeran siapa yang bisa dijadiin “kambing hitam” biar kasus engga merembet kemana-mana. :P

Yang jelas ada deh, buanyuak! Sampe-sampe belum diitung udah ngantuk duluan, acara ngitung kambing sebelum tidur aja kalah tuh. (gambar menyusul, ketinggalan di kosan gan :’( )

Korupsi dan Aksi Cuap-Cuapan Kelas Menengah

Sebagai cecunguk/jongos proyek tentu saja saya sering dibawa-bawa keliling oleh majikan beserta kawananya (pengalaman pribadi di berbagai perusahaan). Kebetulan keahlian saya di bidang Power System alias listrik bangsa SUTET gitu maka kali ini saya cuma bisa menceritakan di bidang ini saja. Bagi juragan2 yang mo menambahkan kisah2nya silahkan, ane terima dengan gembira ria lho.

Dalam sebuah proyek, pasti ada “mafia” nya. Disana akan anda jumpai istilah, dikondisikan, amplop tertutup/terbuka, negosiasi, presentasi, auction, dll. semua itu istilah wajar dan memang prosedural. Berbeda halnya dengan: selimut, parsel (bentuknya yg pasti bukan kue), diskon (bukan harga turun tapi sebagian pindah tempat sebagian ke penjual). Dalam tahap pencarian proyek, seorang marketing akan berusaha meraih simpatik dari pihak penggede yang kira-kira perusahaan tersebut membutuhkan. Dan biasanya penggede itu pura-pura cuek padahal memang perusahaan tersebut sudah butuh banget. Ngga papa sih, asal bukan demi kantong pribadi aja.. Contohnya gini:

Ketika selesai proyek saya di pulau sana, kami satu rombongan naik mobil sejauh 500km untuk menuju ke bandaradan pulang ke pulau sumpek. Si tokek (istilah majikan di pulau itu :D) yang kebetulan duduk di depan bersama rombongan kami dan semula terus-terusan murung dan jutek tiba-tiba mendadak ga ada ujan ga ada petir berubah 180 degree menjadi sumringah ketika ada tilpun dari seorang penggede institusi B*MN bonafit di negri ini. Sepanjang jalan mereka membicarakan tentang rencana pengadaan proyek baru yang nilainya kalo ditukerin cendol bisa jadi pulau cendol :D

Ditengah-tengah pembicaraan, sepertinya si penggede nyeletuk tentang kebingunganya memilih rumah mewah di PI dengan harga kisaran eM (empang kali). Dengan sedikit basa-basi andalan si tokek, dia pun menawarkan diri untuk book dan kasih DP 1 eM dengan berharap banyak bahwa benderanya akan dikondisikan sebagai pemenang tunggal tender. Fiuuhh! saya pun yang tengah nguping “mode:on” kala itu cuma bisa berkata-kata dalam hati “Berbahagialah anak adam yang bisa menikmati indahnya duduk di tempat-tempat yang nyaman seperti itu”.

Hari Anti Korupsi

image

Dalam rangka turut serta menyemangati seluruh elemen bangsa ini yang tengah giat-giatnya menyoroti kasus-kasus korupsi dan yang sedang berpanas-panasan di luar sana (mudah-mudahan tidak cepat pudah dan melemah, maaf saya ga bisa ikutan, kalo ikutan ntar listrik blackout gimana? kasihan dong yang lagi ngaskus dan nonton infoteinmen :D) maka saya buat tulisan ini.

Namun, terus terang saya bingung.. Apabila korupsi diberantas habis sampe ke akar-akarnya, berapa banyak jumlah orang yang bakal masuk penjara? Kalo mo diplesetin ya, bisa-bisa penjara kepenuhan dan sebagian besar isinya bakal dipindahin ke lokasi LP yang baru. Berhubung tanah di jakarta udah sempit banget dan udah dibangun jadi apartemen, mungkin sebagian bakalan dipindahin ke apartemen kali ya :P

Terus jalanan pasti sepi dong.. Dan sebagian PO mungkin beralih trayek untuk transportasi para tahanan yang kebetulan didonimasi oleh bejibun koruptor itu kali ya..

Apapun itu, korupsi bukan hal yang mudah di berantas. Dan istilah BERANTAS sendiri sepertinya terlalu bermakna konotasi politik belaka, karena hampir tidak mungkin memberantas dalam arti kata sebenarnya, meminimalir munculnya peluang tindak korupsi mungkin itulah kata-kata yang dapat kita ucapkan saat ini. Bahkan terbentuknya negara ini sendiri tentu saja tidak terlepas dari unsur KKN dalam penataanya, bagaimana kalau diberantas tuntas. Kita lihat saja sekarang, kasus Bank Century yang melibatkan banyak petinggi negara, meski masih mengambang namun gonjang-ganjing pemerintahan sudah mulai terlihat. Terlalu akrabnya bangsa ini dengan korupsi menjadikan korupsi sebagai bagian dalam sebuah sistem yang apabila unsur korupsi dilepas secara keseluruhan dari sistem maka sistem pun menjadi goncang.

Korupsi memang buah simalakama.. :P :nyerah

Menanamkan Norma Anti Korupsi

Jika kita perhatikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seringkali kita merasa jengkel dan gondok ketika seorang koruptor divonis hukuman yang tidak setimpal dengan akibat dari perbuatanya yang bisa jadi menyengsarakan dan menghilangkan nyawa orang banyak. Sedangkan seorang maling sepeda saja, yang harganya tidak lebih dari 1juta, mendapat hukuman yang hampir sama atau kadang lebih lama dibanding dengan koruptor bahkan jika kondisi apes mungkin bakal diarak rame-rame dan dibakar hidup-hidup??

Pernahkah anda melihat seorang koruptor keluar dari penjara dengan keadaan menyedihkan? Meski setatus tahanan, namun karena berduit tentu saja fasilitas disana memadai karena masih bisa memakai uang hasil korupsinya untuk menyewa kamar tahanan berkelas VIP. Berbeda halnya dengan mereka yang murni pencuri (timbul sebab nasinya dicuri) tidak ada uang maka terimalah nasib buruk di penjara dan bersiaplah berkumpul dengan muka-muka beringas. Satu-satunya hal baik bagi mereka setelah keluar dari penjara adalah pandai memijat, mungkin bisa buka panti pijat setelah lulus kursus memijat di penjara. :D

Begitu ringanya hukuman korupsi menjadikan tindakan ini suatu hal yang wajar (sebuah kesalahan/keteledoran kecil) ketika menjabat. Seperti tukang es diatas, karena tidak ada norma yang berlaku untuk “korupsi dari anak kecil” maka hel tersebut akan selalu dicoba ketika tidak ada pihak yang menuntut kembalian. Korupsi sendiri adalah sebuah hal yang abu-abu (sulit dilihat) dan beragam jenisnya sehingga tidak akan dengan begitu mudah untuk melacaknya terutama bagi mereka yang sudah berpengalaman dalam bidang korupsi puluhan tahun.

:kesel dan jengkel dengan para koruptor di negara ini? Mari kita mulai tanamkan norma kejujuran dan anti korupsi di masyarakat.

Sebagai rakyat biasa memang tidak banyak yang bisa kita lakukan demi tanah air tercinta ini. Tidak banyak yang bisa dilakukan bukan berarti diam dan tidak melakukan apa-apa. Sebagai orang tua dan generasi saat ini, mari kita jaga moral kita dan mengajarkan kepada anak-anak (bagi yang sudah berumah tangga) kita nantinya untuk senantiasa jujur dan aktif berkembang dengan segala daya upaya, dana dan lainya yang kita miliki. Menurut saya memberantas moral korup sebaiknya dimulai dari keluarga, lingkungan sekitar dan pendidikan. Menanamkan norma anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang wajib dilakukan jika tidak ingin negara ini terpuruk selamanya karena ulah koruptor-koruptor masa kini dan mendatang.

Terima kasih telah membaca, Indonesia Anti Korupsi – Identitas Integritas Bangsa. Salam anti korupsi.. :bye

Creative Commons License You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.