Kado Spesialku Untuk Bumi - Padamkan Lampu, Nyalakan Masa Depan
27 Maret 2010, 13.00
Diposting Oleh: Ari Sulistiono | lokasi Tag: Copas & Share
Earth Hour 2010:
Ubah Dunia Dalam 1 Jam, Matikan Lampu Hari Ini Jam 20.30-21.30
Penting!: “Demi Kepentingan Bersama, Mohon Agar Postingan ini Terus Dikomentari Agar Banyak yg Tertarik Untuk Membacanya. Jangan Hanya Dilihat Saja ya. Tks.”
Hari ini adalah hari yang membahagiakan sekaligus memilukan buat saya, saya bahagia karena pada hari ulang tahun kali ini saya masih diberikan kesempatan untuk berkarya di tanah air tercinta. Dan memilukan karena efek global warming di bumi yang kita pijak dan kita cintai ini terus meningkat namun kesadaran setiap orang akan dampak global warming seolah hanyalah seperti dongeng belaka.
Earth Hour
"Padamkan Listrik, Nyalakan Masa Depan"
Mungkin di beberapa situs jejaring sosial atau di layar kaca anda di rumah anda pernah melihat iklan atau ajakan untuk mematikan lampu selama satu jam pada hari ini, Sabtu, 27 Maret 2010, mulai dari jam 20:30 sampai 21:30. Ajakan ini adalah sebuah kampanye penyelamatan bumi yang dikenal sebagai Earth Hour.
Earth Hour adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF (World Wide Fund for Nature, juga dikenal sebagai World Wildlife Fund) dan diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya, meminta rumah dan perkantoran memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak perlu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim. Earth Hour dicetuskan oleh WWF dan The Sydney Morning Herald tahun 2007, ketika 2.2 juga penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak perlu.
Setelah Sydney, banyak kota-kota lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008. Earth Hour 2010 akan dilaksanakan hari ini tanggal 27 Maret 2010 mulai pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat. Apakah di Indonesia juga bisa?
Kenapa sih harus mematikan listrik?, saya khan perlu nonton Take Me Out, Sinetron favorit, nonton DVD, main internet, nyuci, ngetik tugas di komputer, charge handphone, saya takut gelap, dll. Tentunya kampanye ini hanyalah bersifat ajakan, tinggal yang diajak menyadari ataukah tidak akan bahaya yang mengancam bumi beberapa tahun yang akan datang. That's all!
Pembangkitan listrik yang paling banyak beroperasi di dunia dan tentu saja di Indonesia adalah pembangkit listrik berbahan bakar seperti PLTU dan PLTG. Bahan bakar yang paling banyak menimbulkan polusi udara yang sangat padat dan merusak lingkungan adalah penggunaan residu (minyak mentah, contoh: PLTU Muara Karang) dan batubara. Dan tentunya sebuah pembangkit listrik wajib beroperasi 24 jam nonstop, karena apabila padam satu jam saja anda pasti berteriak. “Ohh..!!! bla..bla..bla..!!”
Sekarang silahkan lihat polusi yang dihasilkan oleh setiap miliWatt yang senantiasa menemani hidup anda tersebut. Dan dengar-dengar karena pasokan listrik Jawa-Bali sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan pelanggan, maka dibuatlah proyek borongan untuk membangun pembangkit baru dengan bahan bakar batubara. Inilah dia gambaran awal pembangkit batubara beberapa tahun yang silam (asap masih bisa dilihat jelas, sekarang di beberapa tempat mungkin sudah susah untuk dibedakan antara asap dan udara segar).
Gambaran polusi udara yang ditimbulkan dari pembangkitan listrik yang senantiasa menerangi kita hingga saat ini. Semakin padat penduduk, maka semakin besar kebutuhan listrik dan tentu saja pembakaran batubara ataupun residu guna pencukupan pasokan pun bertambah drastis.
Di saat udara pertama kali tercemar mungkin tidak terasa:
Lambat laun
Ketika populasi penduduk meledak, kebutuhan pasokan listrik pun melonjak drastis,
Di Jakarta, Ibukota Indonesia (dahulu kala)
Suatu saat kita juga akan menyusul China dengan kondisi seperti ini:
“Coal: The Beginning of The End”
“Dengan menghemat pemakaian listrik, kita telah menyelamatkan lingkungan (flora & fauna), mendinginkan suhu bumi, menyeimbangkan ekosistem dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh generasi Indonesia ke depan.”
Kenapa dikatakan Bahaya?
Mungkin saat ini anda seringkali mendengar berita tentang Global Warming atau Pemanasan Global. Atau juga es-es di kutub utara atau selatan yang mulai mencair dan nantinya akan menenggelamkan daratan seperti yang terjadi saat jaman Nabi Nuh AS.
Sebelumnya sedikit saya akan menyinggung tentang Global Warming agar menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.
Definisi Tentang Global Warming
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Dampak pemanasan global
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climat change)yang bis berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
INTINYA: CUKUP MEMATIKAN LAMPU DAN BEBERAPA PERALATAN YANG SEDANG TIDAK DIGUNAKAN DAN MEMBIASAKAN POLA KEHIDUPAN RAMAH LINGKUNGAN DAN HEMAT ENERGY
BERSEDIAKAH KITA MENOLONG BUMI KITA SENDIRI???
Tulisan di hari Ultah saya ini saya persembahkan untuk Bumi tercinta..
Terima Kasih Atas Kesediaan Anda untuk Membaca dan Menyumbangkan Komentar.
You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.
Tags: Copas & Share