Banyak jalan menuju Roma, begitupula dengan sistem pemeliharaan.. Banyak cara menuju sistem yang handal dan optimal..!

Mungkin pernah terdengar atau selintas pernah membaca, dalam artikel ini akan saya coba kupas dan tunjukkan bagaimana jalan untuk mencapai sistem yang optimal melalui CBM. Silahkan dibaca & semoga manfaat..

Corrective maintenance & Preventive maintenance

Gangguan (breakdown) di dalam sistem suatu industri dapat mempunyai dampak penting pada profitabilitas suatu unit bisnis. Peralatan produksi banyak yang tidak berfungsi, tenaga kerja tidak lagi optimal, dan perbandingan biaya-biaya tetap ke keluaran produk secara negatif pun terpengaruh.

Sistem perbaikan yang cepat terhadap peralatan yang mulai menurun adalah titik tolak kesuksesan sebuah unit bisnis. Proses dalam menujukan gejala-gejala gangguan dari sebuah peralatan setelah kejadian dikenal sebagai “Corrective Maintenance” dan sudah eksis dalam berbagai format di dalam bermacam unit industri.

Bagaimanapun, kapanpun gangguan peralatan terjadi biaya dapat mengucur dengan derasnya di luar periode perbaikan peralatan. Seringkali sebuah “process lines” produksi membutuhkan “run-time” yang signifikan setelah adanya titik mula untuk memulai memproduksi sebuah produk yang berkualitas, dan umumnya produk-produk yang dihasilkan pada saat adanya gangguan pada peralatan menjadi tidak bermutu bahkan tidak bernilai jual yang layak lagi.

Fatalnya dampak sebuah gangguan pada saat produksi berlangsung baik dari segi biaya perbaikan, waktu, dan menurunya harga jual produksi selama gangguan berlangsung, untuk itu diperlukan sebuah usaha pencegahan-pencegahan yang sesegera mungkin dapat menanggulangi adanya gangguan dalam process line produksi. Proses analisa, pencegahan dan perawatan peralatan dalam rangka mencegah adanya gangguan yang fatal dalam sebuah unit bisnis dikenal dengan istilah Preventative Maintenance.

Dengan Preventative Maintenance secara rutin di inspeksi dan di servis dalam rangka mencegah munculnya gangguan yang fatal. Inspeksi semacam ini didasarkan pada, entah itu secara periode penanggalan ataupun jumlah lamanya peralatan aktif/bekerja, dan biasanya meliputi data laporan yang dapat dibandingkan dari waktu ke waktu untuk menentukan jika ada pergeseran hal negatif yang mengindikasikan adanya suatu masalah peralatan akan segera terjadi.

Corrective Maintenance dan Preventive Maintenance telah digunakan selama beberapa dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang signifikan dalam usaha pencegahan gangguan.

Condition-based maintenance (CBM)

Condition-based maintenance (CBM) diperkenalkan untuk mencoba memelihara peralatan yang benar di saat/waktu yang tepat. CBM didasarkan pada penggunaan real-time data untuk memprioritaskan dan mengoptimalkan sumber daya pemeliharaan. Pengamatan status dari sebuah sistem dikenal sebagai condition monitoring. Sistim yang demikian akan mampu dengan sempurna menentukan kesehatan peralatan, dan bertindak hanya ketika pemeliharaan benar-benar perlu.

Pengembangan dalam beberapa tahun belakangan ini sudah memungkinkan penggabungan instrumentasi terhadap peralatan secara luas, dan diikuti dengan penggunaan perangkat yang lebih baik untuk menganalisa data kondisi peralatan. Dengan sistem semacam ini seorang personil pemeliharaan seketika akan lebih mampu dan cekatan dalam memutuskan kapan yang merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemeliharaan pada berbagai titik dari sebuah ataupun beberapa peralatan sekaligus. Condition-Based-Maintenance secara ideal akan memungkinkan seorang/tim personil pemeliharaan untuk melakukan hal yang benar saja, memperkecil biaya onderdil, sistem downtime dan memperkecil waktu yang terbuang sia-sia saat menunggu datangnya waktu pemeliharaan.

Tantangan CBM

Di samping kegunaannya, ada beberapa tantangan terhadap penggunaan CBM. Pertama dan paling utama dari semua dan ditakuti oleh semua orang adalah, biaya awal pembentukan sistem CBM cukup tinggi (tidak lagi jika dengan sistem yang akan kami tawarkan). Memerlukan peningkatan model instrumentasi dari sebuah peralatan (seperti sendor, converter, dll.). Rata-rata umumnya biaya instrumentasi yang digunakan untuk menganalisa kondisi peralatan yang sudah terinstall di dalam sistem sungguh besar melebihi harga peralatan itu sendiri.  Oleh karena itu, merupakan hal penting untuk memutuskan pentingnya investasi di depan dalam penambahan sistem CBM terhadap semua peralatan.

Salah satu hasil dari generasi CBM yang pertama di dalam industri minyak dan gas, jumlah biaya yang keluar hanya berpusat pada getaran di dalam alat berat yg berputar (heavy rotating equipment) saja.

Yang kedua memperkenalkan CBM akan meminta/mendorong suatu perubahan utama di dalam proses bagaimana pemeliharaan harus dilakukan, dan berpotensi kepada seluruh organisasi pemeliharaan di dalam suatu perusahaan. Perubahan di dalam keorganisasian umumnya adalah sangat sulit.

Begitu juga, dalam segi teknis operasional inspeksi dan pemeliharaan sebuah peralatan tidaklah selalu mudah dan sesederhana yang pernah dibayangkan. Sekalipun beberapa bentuk kaleng peralatan yang dengan mudah diamati dengan  mengukur nilai-nilai sederhana seperti getaran, akselerasi atau pun kecepatan linear, temperatur dan tekanan, dlsb. Bukanlah sebuah hal yang sepele untuk memutar data yang terukur ke dalam sebuah actionable knowledge mengenai kesehatan sebuah peralatan.

RETOSA CBM

RETOSA CBM merupakan akronim dari Real Time & Open Systems Architecture for Condition-Based Maintenance. Sistem ini pertama kali dikenalkan di PLN untuk sebagai sebuah sistem CBM terpadu untuk memantau dan menganalisa kondisi kesehatan peralatan pada Bay/Feeder sebuah Substation atau Gardu melalui data trend parameter-parameter kelistrikan dan grafik beban per-hari.

Sistem ini mampu mengasilkan laporan data peralatan otomatis dalam format XML dan juga dalam format Ms. Excel yang sudah terformat seperti format logsheet yang diinginkan oleh owner. Menggunakan sistem database Open XML sehingga mudah untuk diliput kedalam trend yang ada di dalam website owner.

Ukuran data XML sangat kecil (3kByte saja) sehingga memungkinkan untuk ditampilkan dalam format web untuk ponsel yang dilengkapi dengan kapabilitas WAP. Kapanpun dan dumanapun anda dapat memantau sistem yang sedang berjalan.

Mampu meng-handle lebih dari satu peralatan/bay dalam sebuah sistem monitoring CBM. Untuk sistem CBM yang lebih besar dan luas, RETOSA di desain untuk mampu bekerja dalam fungsi Remote sehingga dapat dipantau dari berbagai tempat sekaligus.

Investasi CBM itu mahal? Biaya pembuatan sistem automasi dan realtime trend analysis mahal? Oh Tidak lagi..

RETOSA CBM di develop oleh anak-anak bangsa sendiri yang telah lama eksis dalam dunia automasi dunia. Tidak perlu lagi khawatir biaya investasi yang tinggi dan harus mendatangkan tenaga asing yang mahal, yang hakekatnya kualitasnya belum tentu lebih baik bukan?

RETOSA CBM menggunakan standar .Net Framework yang mampu berjalan si segala jenis sistem operasi. RETOSA CBM menggunakan standar Open Source sehingga anda dapat mengolah dan mengembangkan sendiri baik segi tampilan dan format sistem CBM sesuai kebutuhan dan standar perusahaan.

RETOSA CBM satu ini telah dikembangkan ke dalam beberapa model sesuai keinginan customer seperti:

  • CBM: Bay Monitoring & Load Analysis
  • CBM: Power Transformer Monitoring
  • CBM: Battery Power System Monitoring
  • dan tentunya masih banyak lagi sesuai keinginan customer

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami PT. Kreasinusa atau gunakan form kontak email dibawah:

Creative Commons License You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.