Saat Rasa Malas datang Melanda
9 April 2011, 13.07
Diposting Oleh: Ari Sulistiono | lokasi Tag: Copas & Share
Di bulan April ini dimana wabah hama ulat bulu melanda beberapa tempat di negri ini, begitu juga dengan saya yang tengah dilanda wabah “Malas” yang tengah menjamur di tengah Proyek yang semakin ruwet ini. Ini tentunya bukan kali pertama dalam hidup saya, dan tentunya semua orang pun pernah mengalaminya.
Mungkin saja yang berbeda dari setiap individu adalah bagaimana cara mengatasi ataupun mengantisipasi rasa malas agar tidak semakin buruk ataupun berpengaruh terhadap produktifitas dan profesionalisme seseorang di dalam menjalani profesi masing-masing. Saat penyakit “Malas” ini datang, maka akan timbul gejala malas bangun dari tempat tidur, selalu menunda-nunda pekerjaan, malas berolah-raga, malas pergi ke kantor dan lain sebagainya dengan berjubek alasan yang notabene-nya hanyalah untuk menipu diri sendiri supaya berlarut-larut tenggelam dalam nikmatnya bermalas-malasan.
Tidak bisa saya pungkiri, malas itu hal yang penuh fantasi dengan tanpa menghiraukan efek sampingnya yang buruk di dunia profesi saya. Mekipun rasa malas datang namun tentu saja saya tidak malas mandi, setidaknya satu kali sehari, hehe..
Baik, saya pernah mengalami rasa malas dengan berbagai macam alasan dan saya yakin para pembaca pun juga, bahkan seluruh orang di dunia ini pun juga turut mengalaminya. Dengan berbagai model tingkat kemalasan yang melanda dan tipe karakter seseorang tentunya berbeda pula pengalaman masing-masing orang dalam mengatasi rasa malas. Disini saya mencoba share pengalaman saya dalam mengatasi rasa malas yang pernah saya lakukan berdasar nasehat-nasehat dari teman-teman ahli psikologi.
Menurut penelitian para ahli psikologi, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Masa depan ini tentu saja bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi juga satu atau dua menit dari sekarang, betul? Contohnya saja ketika saya malas untuk bangun dari tidur, saya akan berkata dalam hati: “Ah, satu menit lagi deh saya akan bangun”, tetapi kenyataannya saya akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya saya tergesa-gesa untuk berangkat kerja karena tidak ada spare waktu yang cukup untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Hmm.. tentu saja hal ini tidak bagus.
Kebiasaan malas timbul karena biasanya kita cenderung untuk selalu mengaitkan masa depan dengan persepsi yang negatif. Saya menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor, laporan-laporan yang tak kunjung ada habisnya. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang sering membuat kita merasa sebal, misalnya.
Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan membuat diri saya sendiri menjadi lebih stress karena mau tidak mau suatu saat saya harus mengerjakannya dan tentunya jumlahnya sudah berlipat ganda dari yang sebelumnya. Terlebih lagi di waktu yang sama saya juga mungkin punya banyak tanggungan pekerjaan tambahan yang lain.
Beberapa tips yang dianjurkan oleh para ahli psikiater yang mungkin bisa dipraktekkan diantaranya adalah sebagai berikut, meski saya juga kadang lupa untuk mempraktekkannya :
Ganti istilah dalam benak kita “Duh Kapan Selesainya..” dengan “Saya Mulai Sekarang!”
Saat diri ini dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuskan pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu. Katakan setiap kali mulai bekerja: “Saya mulai sekarang”.
Cara pandang tersebut akan menghindarkan diri ini dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Saya buat jadwal tugas sederhana dengan selalu positif-thinkin’. Selalu fokus hanya pada satu hal/pekerjaan pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang bersamaan.
Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Saat saya berfikir bahwasyanya saya harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan saya seketika itu juga akan menjadi malas mengerjakannya. Di dalam benak saya akan secara otomatis mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.
Satu tip yang umumnya biasa saya gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini, ujar counseling saya, akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa saya tidak harus melakukan pekerjaan yang saya tidak mau.
Kita mau mengerjakan tugas karena memang kita ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Kita selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan kita sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa kita untuk melakukan apa saja yang kita tidak mau untuk melakukannya.
Saya Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa saya harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin, hanya akan membawa diri ini dalam kondisi mental tertekan . Akibatnya saya akan menjadi sangat malas untuk memulainya, takut hasilnya kurang sempurna, salah, dlsb. Disini kita harus bisa menerima bahwa kita pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna seperti dalam angan-angan .
Dalam konteks pekerjaan, saya punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Saya selalu bisa negosiasi dengan boss saya untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat saya memandang pekerjaan tersebut langsung dari hal yang besar dan rumit sehingga malas, “Ouh.. pasti susah sekali ini!”, untuk memulainya.
Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup. Karena malas itu normal maka tentu saja malas pun bisa diatasi. Tiga tips dari counseling saya diatas mudah-mudahan bisa menjadi awal kita semua untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena sekedar rasa malas untuk mengerjakannya.
Salam blogging! Ari-Sty
… dan Jangan lupa berpartisipasi dalam acara COMFEST 2011 ||
You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.
Tags: Copas & Share