Alay secara harfiah berasal dari kata “A” dan “Lay” yang merupakan akronim dari Anak Layangan, yang notabene-nya dekil (berkulit hitam kepanasan) dan brambut pirang matahari (rambut merah karena kepanasan). Bisa anda bayangkan sendiri seperti apa anak-anak yang terlalu sering bermain layangan di terik matahari.

Alay pada awalnya dianggap sebagai pola hidup remaja kelas menengah kebawah yang mengenakan dandanan trendy ala artist namun seadanya lengkap dengan gadget dan asesorisnya untuk sekedar mejeng dan gaya-gayaan (apalagi saat ada event, dan masup tipi lagi..).

Namun seiring dengan perkembangan dunia maya, definisi alay di dalam dunia cyber pun berubah dari arti yang sebenarnya. Beberapa forum dan komunitas di dunia cyber mengkategorikan seorang Alay seperti dibawah ini. Berikut adalah Versi Fight Against Alay In Facebook !:
Yang dinamakan dengan “alay” mempunyai ciri khas sebagai berikut :

1. Menggunakan kata-kata dan ejaan yang tidak jelas atau tidak sesuai dengan EYD yang berlaku sesuai Sumpah Pemuda poin ke Tiga “Berbahasa Satu Bahasa Indonesia”. Contoh yang biasa saya temui adalah kiriman SMS yang susah untuk dibaca karena gabungan antara karakter khusus, angka dan alfabet yang disingkat-singkat serta huruf kapital tak beraturan kemudian digabung menjadi satu.

2. Menggunakan “Nickname” yang susah dibaca. Tidak berani, malu atau dengan sengaja mengganti nama asli pemberian orang tua dengan nama baru atau nama lain seperti “GiGhI GoNdRonK” untuk misalnya nama asli adalah “Ginanjar”. Menggunakan nama yang mengagung-agungkan diri sendiri, seperti : ” pRinceSs cuTez, sHa luccU, tIkka cAntieqq, etc. ” **)

**berlandaskan : peraturan facebook (untuk facebook user saja, krn yg lain tidak seperti ini bunyinya..)
Registration Data; Account Security
In consideration of your use of the Site, you agree to
(a) provide accurate, current and complete information about you as may be prompted by any registration forms on the Site ("Registration Data");
(b) maintain the security of your password and identification;
(c) maintain and promptly update the Registration Data, and any other information you provide to Company, to keep it accurate, current and complete; and
(d) be fully responsible for all use of your account and for any actions that take place using your account.

Jadi, ya hati-hati sajalah. Ada kemungkinan akun Facebook kamu akan diblokir. Karena Facebook mungkin akan bertindak tegas terhadap pemalsuan data diri penggunanya (user). Selain itu, temen-temen kamu akan kesulitan mencari akun kamu karena nama kamu mungkin terdaftar dan cuma ada di planet lain (diambah lagi jika gambar profile-nya memakai gambar doraemon).

Kalaupun mungkin tidak palsu, alias benar-benar memang cantik luar-dalam seperti putri malu, really cute 100% or whatever-lah tapi tidak mesti harus dicantumkan di username bukan? Toh orang akan melihat dengan sendirinya dengan cara bergaul kamu dan bukan dari bahasa gaul maupun profile gaul yang kamu lontarkan.

Salah satu Contoh anak gaul “Alay” yang disebut-sebut di kaskus (entah seperti ini atau bukan, maaf ya):

 image

comments: gue nggak ngiler sama harta, gue ngiler kalo tidur miring

Masih banyak ciri khas lainya, bisa disimak sendiri disini karena sepertinya nggak penting untuk dibahas…

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa sih semua orang heboh dengan istilah Alay?? Bergaya, Narsis dan Pamer, pasti semua orang pasti pernah sesekali melakukanya bukan?

Tanggapan Saya tentang Gaya Hidup Alay

Sesuai dengan namanya, gaya hidup yang disebut sebagai Alay adalah gaya hidup yang merupakan pilihan yang diambil oleh seseorang sesekali dalam hidupnya. Mereka yang bergaya hidup seperti ini ingin lebih menonjolkan diri dan eksistansi di dunianya, so why not let them to expose it in their way?

Gaya bahasa lisan dan tulisan yang “nyeleneh” mungkin memang sengaja dijadikan identitas dalam komunitas anak gaul yang disebut-sebut “Alay” ini, namun sebaiknya dihindari penggunaanya kepada orang tua ataupun yang sama sekali tidak mengerti bacaan tak beraturan seperti itu.

Mereka yang dianggap sebagai Alay kemungkinan besar tidak mengerti dengan sebutan ini pada waktu itu. Karena alay bisa jadi merupakan sebuah hinaan atau ejekan dari remaja-remaja dari kalangan atas yang membenci gaya sok trendy remaja-remaja kalangan menengah kebawah yg ikut-ikutan berdandan ala hi-Class dengan perlengkapan, makeup, accessories, dan busana yang murah namun ala hi-class (seperti artist group band) yang didapat dari pasar lokal biasa.

Peralatan hairtoner yang ala kadarnya sehingga rambut memerah dan rusak seperti anak-anak yang keseringan main layangan, dan kulit hitam tersengat matahari karena keseringan nongkrong di pinggir jalan, panas-panasan, dan sering jalan kaki di siang bolong.

Saya sering melihat remaja-remaja Peralihan ABC* ke ABG seperti ini di depan RCTI (ketika ada konser atau acara live lainnya), bahkan kalau boleh saya katakan mereka adalah anak-anak yang berani tampil beda, dan totally confident. Kenapa harus dihina habis-habisan?? Apakah karena, maaf, “Miskin tapi Bergaya…”????? Apakah hanya mereka yang mampu saja yang boleh bergaya???

*(ABC: Anak Bau Chiki)

Jadi yang “Salah” siapa Om?

Yang mengatakan orang lain sebagai Alay alias “Anak Layangan” itu adalah S A L A H!

Berarti dia (si pengumpat) dengan sengaja ataupun tidak telah menghina orang lain dengan kata berkonotasi, maaf, “Kampungan! atau Miskin Sok Gaya!” meski disamarkan. Untuk itulah kenapa dalam hidup diajarkan untuk “bercermin dan banyaklah bercermin…”. Istilah Alay ini cenderung dapat menimbulkan krisis kesenjangan sosial dan berdampak tidak baik terutama hal ini terjadi di kalangan remaja yang masih labil dalam berfikir. Ingat: “Syirik tanda tak mampu…” So, biarkanlah orang dengan style-nya masing-masing.

Yang menggunakan Bahasa Indonesia, baik itu alay ataupun bukan, tidak pada tempat serta fungsinya sebagai bahasa pemersatu adalah S A L A H!

Tulisan adalah cerminan diri, apabila dalam teknik menulis saja belom stabil alias “Gede-Kecil” tak beraturan maka pola fikir dan emosi si penulis pun dianggap masih belum stabil alias labil. Perlu diketahui, merusak cenderung jauh lebih mudah dari membuat, dan membuat bahasa pemersatu yang dapat diterima dari “sabang sampai merauke” bukanlah hal yang mudah bukan? So, pergunakanlah bahasa yang baik dan benar, please..

Yang jelas, mo alay mo engga, kalo gw liat lo ga sopan sama ibu lo sendiri atau ga sopan ke orang tua jangan salahkan daku kalo gigi depanmu rontok! Gaya sih boleh, tapi “attitude” harus tetep dijaga, di dunia nyata maupun dunia maya.

Wise While Online, Think Before Posting :: Mau Baca di KasKus biar lebih Puas berkomentar? Klik Sini Aja

Creative Commons License You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.