Pengujian tahanan isolasi pada peralatan adalah tindakan pencegahan sederhana namun penting dimana secara signifikan dapat menurunkan biaya pemeliharaan.

Anda mungkin sudah akrab dengan tes ketahanan isolasi (lebih umum dikenal dengan sebutan megger). Tes ini memainkan peran penting dalam pemeliharaan kabel, tetapi apakah kita menyadari bahwa hal itu juga dapat membantu kita dalam mencegah kegagalan motorik yang tak terduga? Tidak hanya motor yang rentan terhadap suhu isolasi yang berlebihan, kelembaban, kotoran, uap korosif, getaran, minyak, dan penuaan, tetapi juga harus mampu bertahan terhadap lonjakan VFD dan normal inrush current. Sebuah program pengujian ketahanan isolasi yang konsisten dapat memberikan penghematan cukup besar dan peningkatan masa kerja/uptime motor.

Pengujian Isolasi Motor Listrik (Ari Sulistiono)

Pengujian juga mengurangi limbah sumber daya untuk pemeliharaan. Misalnya, stamping dan pabrik perakitan mengganti motor 250Hp Air System Plant dengan motor rewinding yang dibeli dari sebuah toko lokal. Setelah berjibaku untuk memasang motor ke tempatnya, terminasi atau koneksi kabel, dan pengaturan posisi kopling, kru pemeliharaan mencoba untuk memulai motor, tetapi ternyata motor tidak memberikan respon sama sekali. Bengkel servis motor listrik ternyata telah salah kirim model serupa yang sebenarnya masih perlu di-rewindning ulang. Akhirnya motor harus kembali dibongkar dan dibawa ke bengkel servis motor listrik. Dari kasus ini staf maintenance sebenarnya bisa mencegah keterlambatan penggantian motor yang terjadi disana serta hilangnya waktu produksi dengan cukup melakukan tes ketahanan isolasi yang sederhana sebagai syarat penerimaan motor listrik sebelum dipasang.

PENGUJIAN Otomatis vs pengujian manual.

Tes ketahanan isolasi secara otomatis (online) dapat menghemat waktu pemeliharaan = menghemat uang, tetapi tes otomatis tidak dapat menggantikan kebutuhan tes manual. Misalnya, Anda harus melakukan tes resistansi isolasi saat kita menerima motor baru atau hasil rewinding. Setiap kali mengambil motor keluar dari bengkel servis, kita harus selalu menguji gulungan motor sebelum melakukan terminasi kabel motor. Jika Anda melakukan pemeliharaan dengan pemadaman listrik, pengujian manual adalah pilihan yang terbaik.

Hasil pengujian secara otomatis ataupun manual, data hasil uji harus disimpan guna menghasilkan grafik trend performa motor listrik. Pada proses ini metode manual bisa jadi sangat lama guna mendapati grafik hasil pengujian dan bisa digunakan metode uji otomatis, bisa menggunakan “CMMS” atau perangkat lunak serupa. Selalu gunakan hasil hanya dari tes dilakukan pada tegangan uji yang sama untuk periode yang sama, dan di bawah kondisi suhu dan kelembaban yang sama supaya hasil grafik yang didapat senantiasa valid, komprehensif serta mudah dianalisa kejanggalan yang ada.

Tegangan UJI.

Di jaman sekarang ini, megohmmeters kebanyakan sudah menggunakan tegangan DC atau cukup dengan baterry. Keunggulan utama dari alat tes DC salah satunya yaitu alat tes lebih kecil dan lebih ringan, alat uji tidak merusak obyek yang diuji (nondestructive testing), dan mampu menyusun data historis/rekaman riwayat hasil pengujian-pengujian yang telah dilakukan.

Tabel Tegangan Uji (Ari Sulistiono)

Pengujian dengan tegangan AC nilai tegangan uji biasanya dua kali tegangan pada nameplate ditambah 1.000V. Bila menggunakan tegangan DC, megohmmeters yang biasa kita gunakan saat ini, tegangan uji cukup pada dua kali tegangan nameplate. Tabel (kanan) memberikan nilai tegangan uji yang direkomendasikan. Meski demikian, sebaiknya tetap menghubungi pabrikan untuk mengetahui nilai tegangan uji yang direkomendasikan.

Test connections.

Sebelum memulai pengujian, kebumikan/ground-kan terminal starter, frame, dan poros motor. Jika Anda menguji motor DC, angkat sikat keluar. Discharge/buang muatan medan pada gulungan dengan membumikannya/grounding. Kemudian lepas grounding dari gulungan motor dan sambungkan ke line (-) pada megohmmeter. Hubungkan terminal (+) ke grounding. Anda juga harus mengukur stator dengan cara yang sama.

Spot reading test.

Lakukan tes ini hanya ketika suhu berliku di atas titik embun. Hubungkan megohmmeter untuk setiap satu isolasi gulungan yang melintang. Terapkan tegangan uji untuk periode tertentu (biasanya 60 detik). Kemudian catat nilai pembacaan alat uji. Gunakan durasi yang sama untuk semua tes yang dilakukan sebagai bahan perbandingan.

Pengukuran Spot bisa bermakna hanya apabila kita membandingkan hasil pengujian dengan grafik trend telah disimpan dikembangkan dari tes sebelumnya. Sebuah grafik trend menurun biasanya menunjukkan hilangnya resistansi isolasi yang disebabkan oleh kondisi yang tidak menguntungkan seperti kelembaban, akumulasi debu, dan penetrasi minyak. Sebuah penurunan tajam menunjukkan kegagalan isolasi.

Dielectric absorption test.

Tes ini berfungsi untuk membandingkan karakteristik penyerapan dari isolasi yang masih bagus sampai pada bagian-bagian yang basah oleh kelembaban. Selama tes, menerapkan tegangan uji untuk periode yang diperpanjang, biasanya 10 menit. Ambil nilai pengukuran setiap 10 detik untuk menit pertama dan satu per-menit untuk sembilan menit berikutnya. Kemudian Anda dapat membuat grafik trend nilai resistansi isolasi dari waktu ke waktu.

Grafik Indeks Polarisasi (Ari Sulistiono)

Kemiringan kurva menunjukkan kondisi isolasi yang diuji. Isolasi yang baik akan menunjukkan peningkatan terus menerus dalam perlawanan, seperti yang ditunjukkan pada Kurva D dalam Gambar (kanan). Terkontaminasi, isolasi lembab, atau retak akan menghasilkan kurva yang mirip dengan Kurva E.

Indeks Polarisasi (PI) dapat kita cari dengan cara membagi nilai dari pembacaan 10-menit dengan pembacaan 1-menit. Indeks ini menunjukkan kemiringan kurva. Sebuah PI yang rendah biasanya menunjukkan kelembaban yang berlebihan dan adanya kontaminasi. Untuk motor besar atau pun generator, umumnya didapati nilai setinggi 10.

Step voltage test.

Terapkan tegangan uji dua atau lebih dalam beberapa step. Rasio yang direkomendasikan untuk setiap stepnya adalah 1:5. Pada setiap step, tegangan uji diberikan untuk jangka waktu yang sama, umumnya 60 detik. Hal ini akan menciptakan sebuah tekanan listrik pada area isolasi yang retak/rapuh. Tegangan uji yang lebih besar ini dimaksudkan untuk dapat mengungkapkan terjadinya penuaan dan kerusakan pada isolasi internal yang meski terlihat relatif kering dan bersih dimana kerusakan isolasi tidak dapat terdeteksi oleh tegangan rendah ataupun nominal.

Bandingkan beberapa pengukuran yang diambil pada tingkat tegangan yang berbeda, kemudian cari dimanakah terjadinya pengurangan nilai resistansi isolasi yang berlebihan pada tingkat tegangan yang lebih tinggi. Isolasi yang kering, bersih, dan tidak rusak seharusnya memiliki nilai resistansi yang tetap/stabil meskipun tengah terjadi perubahan tingkat tegangan uji yang diberikan. Perlawanan nilai-nilai yang substansial menurun ketika diuji pada tingkat tegangan yang lebih tinggi menunjukkan kualitas isolasi yang mulai memburuk.

Banyak orang memilih untuk tidak melakukan tes ketahanan isolasi karena mereka takut pengujian ini akan malah merusak isolasi, namun pada hakikatnya hal ini tidak benar. Dengan pengujian motor secara rutin, kita akan mampu menganalisa dan mengoreksi kegagalan isolasi yang akan datang sebelum terjadinya kekacauan pada sistem produksi yang lebih parah.

Penelitian ini dilakukan oleh: John Olobri, AEMC :: Olobri adalah pengembangan produk manajer AEMC Instrumen, Foxborough, Mass.

Creative Commons License You may share this document under Creative Commons License – Terima kasih telah membaca tulisan ini. © 2011 Ari Sulistiono, Indonesian Electrical Engineer.